Telaga Warna
Dahulu kala, di wilayah Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan
yang bernama Kutatanggeuhan. Kerajaan Kutatanggeuhan diperintah oleh seorang
raja yang adil dan bijaksana bernama Prabu Suwarnalaya, dengan permaisurinya
yang bernama Ratu Purbamanah. Kerajaan Kutatanggeuhan terletak di daerah yang
sangat subur, sehingga Kutatanggeuhan menjadi negeri yang makmur dan sejahtera.
Namun, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya itu belum memuaskan hati sang
Permaisuri. Sebab sudah bertahun-tahun lamanya sejak Ratu Purbamanah menjadi
permaisuri, beliau belum juga dikaruniai anak. Karena itu ia selalu bermuram
durja. Melihat keadaan itu tentu saja sang Prabu merasa gundah. Segala usaha
telah dilakukan, tetapi belum juga berhasil. Akhirnya, Prabu Suwarnalaya
bertapa untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dikaruniai seorang anak.
Karena kesungguhannya dalam bertapa maka permintannya
dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Tidak lama setelah masa pertapaan sang Prabu
selesai, sang Permaisuri pun mengandung dan kemudian melahirkan seorang bayi
perempuan yang sehat dan cantik. Kelahiran bayi perempuan itu disambut dengan
penuh suka cita oleh seluruh rakyat, terutama Ratu Purbamanah sangat menyayangi
dan memanjakan putrinya. Apapun bentuk permintaannya selalu beliau penuhi.
Bahkan tidak jarang, walaupun tidak diminta, namun jika menurut sang Permaisuri
barang itu baik maka akan diberikan kepada sang putri.
Pada suatu hari sang putrid yang telah menginjak remaja
menginginkan perhiasan yang indah untuk dipakai pada acara pesta panen. Pesta
ini diadakan setahun sekali di negeri Kutatanggeuhan. Ratu Purbamanah yang
begitu memanjakannya menyuruh sang Putri untuk memilih dari seluruh perhiasan
yang dimilikinya. Tetapi tak satu perhiasan pun yang dipilih, karena tak ada
yang berkenan di hatinya. Akhirnya, Prabu Suwarnalaya memerintahkan kepada
pengrajin perhiasan terpandai di negeri itu untuk membuatkan perhiasan yang
seindah-indahnya bagi sang putri. Tetapi apa yang terjadi? Ketika sang
Permaisuri menyerahkan perhiasan yang sangat indah itu kepada putrinya, dengan
angkuh ia mencampakkan perhiasan itu di depan sang Permaisuri. Tentu saja Ratu
Purbamanah sangat terkejut dan sedih sampai mengeluarkan air mata melihat sikap
putrinya. Prabu Suwarnalaya pun sangat terkejut dan sedih. Demikian pula para
punggawa kerajaan yang meilhat kejadian itu. Mereka semua menangis.
Ketika kejadian itu tersiar sampai ke luar
istana, seisi negeri itu ikut menangis. Air mata mereka mengalir deras,
sehingga bumi pun ikut menangis. Air mata kesedihan yang tercucur karena
kedurhakaan sang putri terhadap ibundanya, akhirnya menenggelamkan seluruh
istana kerajaan Kutatanggeuhan dan menjadi sebuah telaga yang pada waktu-waktu.
Telaga itu disebut “Telaga Warna”. Konon, itu adalah warna-warni perhiasaan yang
ikut tenggelam bersama istana kerajaan. Demikianlah, kedurhakaan seorang anak
terhadap ibunya akan membuat sedih siapapun. Ingatlah suatu hadis yang
mengatakan bahwa “Surga itu ada di telapak kaki ibu”.
Comments
Post a Comment