Bertobatnya
Seorang Perampok
Dikisahkan bahwa terdapat sekawana perampok
yang sangat mengganggu masyarakat. Hampir setiap hari mereka melakukan aksinya,
bahkan tidak segan-segan mereka juga membunuh korbannya, jika mereka tidak mau
memberikan hartanya.
Pada suatu malam, sekawanan perampok
itu keluar untuk melakukan kejahatan kembali terhadap kafilah dagang yang
diperkirakan sedang dalam perjalanan. Akan tetapi, kegelapan malam membuat
penglihatan mereka tidak dapat memantau keadaan. Sementara malam semakin gelap
dan upaya mereka mencegat kafilah itu berakhir sia-sia. Lalu, mereka melihat
dari kejauhan sebuah rumah yang tampak nyala api penerang kecil dari dalamnya.
Mereka kemudian datang mendekat lalu mengetuk pintunya seraya berkata kepada
tuan rumah, Kami pasukan jihad fi
sabilillah yang tersesat dalam kegelapan malam. Kiranya engkau berkenan
menerima kedatangan kami untuk bermalam di sini? Tuan rumah itu pun menyambut
mereka dengan baik dan menyediakan kamar khusus serta memberikan pelayanan
sebagaimana layaknya terhadap tamu.
Tuan rumah itu mempunyai seorang
anak cacat yang mengalami lumpuh. Pada pagi harinya, ia bangun dan mengambil
sisa air yang digunakan oleh para tamu itu lalu berkata kepada istrinya,
Usaplah anak kita dengan sisa air itu, mudah-mudahan dengan keberkahan para
mujahid fi sabilillah itu akan menjadi perantara bagi kesembuhan anak kita.
Sebab air ini bekas wudu dan bersuci mereka. Perempuan itu pun melakukan apa
yang diperintahkan oleh suaminya.
Pada sore harinya, para perampok itu
datang kembali dengan membawa hasil rampoknya untuk bermalam lagi di rumah itu.
Melihat keadaan anak tu dapat berjalan dengan tegak, para perampok itu heran
dan terpengarah seraya bertanya, Apakah itu anak yang kami lihat kemarin
lumpuh?
Tuan rumah menjawab, Ya, benar, kami
telah mengambil bekas air yang digunakan untuk berwudu dan bersuci kalian lalu
mengusapkan pada kakinya, Lalu Allah SWT. memberikan kesembuhan. Bukankah
kalian para mujahid fi sabilillah?
Mendengar ketulusan jawaban lelaki
itu, mereka menangis dan terharu lalu berkata, Wahai lelaki yang baik hati,
sebenarnya kami bukanlah orang-orang yang berperang di jalan Allah, melainkan
kami adalah sekawanan perampok. Allah telah memberikan kesembuhan kepada anakmu
karena niat baikmu ini. Kini, kami bertobat kepada Allah. Tidak sepatutnya kami
menjadi perampok lagi.
Mereka meninggalkan perbuatan dosa
itu kemudia bergabung dengan pasukan jihad agar benar-benar menjadi bagian dari
mujahidin fi sabilillah.
Comments
Post a Comment